Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahun terpisahkan hidupnya. Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi di sebuah kafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini.
"Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah?" ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang.
"Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu di Bandung, saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir inilah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata di masa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ.
Blog Pribadi "Surya Sanjaya" dibuat berdasarkan keinginannya memberikan edukasi sesuai dengan Profesi yang saat ini sedang digeluti diantaranya adalah 1. Wartawan/Jurnalistik 2. Paralegal/Praktisi Hukum 3. Ahli Teknologi Laboratorium Medik 4. Teknisi Transfusi Darah 5. Penulis
4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup
"Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh" (John Gray)
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih, hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.
Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.
Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih, hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.
Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.
Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan
Mengalah Untuk Menang
Hampir tidak ada rumah tangga yang tanpa konflik sama sekali. Pasangan terakhir yang hidup bahagia selamanya barangkali hanya terdapat dalam dongeng seperti Snow White atau dalam film Pretty Woman. Bahkan meskipun Anda memiliki komitmen terhadap pasangan Anda, akan masih ada saat-saat ketika di antara Anda ada ketegangan, air mata, pertengkaran, ketidakcocokan, dan ketidaksabaran. Komitmen tidak menghapuskan kodrat manusiawi kita! Itu kabar baik, tetapi realistis!
Adalah sebuah kenyataan bahwa bersatunya seorang lelaki dan seorang perempuan dalam sebuah ikatan pasti menciptakan beragam masalah ketidakcocokan. Karena itu George Levinger memberikan nasihat yang indah sekali, “Yang berperan dalam membuat sebuah perkawinan bahagia bukanlah berapa banyak Anda saling berkesuaian, melainkan bagaimana Anda mengatasi ketidaksesuaian. Perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak sebelum perkawinan semakin tampak ketika dua orang tinggal bersama. Kita berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kepribadian sendiri-sendiri, memandang dunia lewat perspektif yang berbeda, dan masing-masing memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak menyenangkan bagi yang lain. Pikiran kita tidak sama, reaksi kita tidak sama, cara kita bertindak pun tidak sama. Ini bisa mengundang frustrasi. Oleh sebab itu, alih-alih ngotot berusaha agar ikatan semakin ketat, belajar untuk melonggarkannya barang sedikit.”
Dan jika Anda mengalami konflik dengan pasangan Anda maka ikutilah saran dari Oglen Nash, “Agar perkawinan Anda tetap membahagiakan dengan mangkuk cinta yang terus ada isinya, ketika Anda salah, akuilah. Namun ketika Anda benar, jangan bicara.”
Adalah sebuah kenyataan bahwa bersatunya seorang lelaki dan seorang perempuan dalam sebuah ikatan pasti menciptakan beragam masalah ketidakcocokan. Karena itu George Levinger memberikan nasihat yang indah sekali, “Yang berperan dalam membuat sebuah perkawinan bahagia bukanlah berapa banyak Anda saling berkesuaian, melainkan bagaimana Anda mengatasi ketidaksesuaian. Perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak sebelum perkawinan semakin tampak ketika dua orang tinggal bersama. Kita berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kepribadian sendiri-sendiri, memandang dunia lewat perspektif yang berbeda, dan masing-masing memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak menyenangkan bagi yang lain. Pikiran kita tidak sama, reaksi kita tidak sama, cara kita bertindak pun tidak sama. Ini bisa mengundang frustrasi. Oleh sebab itu, alih-alih ngotot berusaha agar ikatan semakin ketat, belajar untuk melonggarkannya barang sedikit.”
Dan jika Anda mengalami konflik dengan pasangan Anda maka ikutilah saran dari Oglen Nash, “Agar perkawinan Anda tetap membahagiakan dengan mangkuk cinta yang terus ada isinya, ketika Anda salah, akuilah. Namun ketika Anda benar, jangan bicara.”
Subscribe to:
Posts (Atom)